Update informasi terbaru – Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengeluarkan seruan lantang terkait membanjirnya keramik impor asal China di pasar Indonesia.[1] Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto, mengungkapkan dugaan bahwa China mengalihkan produk keramiknya ke Indonesia setelah pasar utama mereka menerapkan kebijakan antidumping. Pengenaan bea masuk antidumping (BMAD) diharapkan bisa membatasi arus masuk produk keramik China tersebut.
“Pasar ekspor utama Tiongkok, yang biasanya ditujukan untuk Uni Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, dan Amerika Utara. Kini di alihkan ke Indonesia setelah negara-negara tersebut menerapkan kebijakan antidumping terhadap produk Tiongkok,” jelas Edy dalam keterangan resmi pada Jumat (28/6).
Para pengusaha mendesak pemerintah untuk menyelidiki apakah ada praktik dumping. Mengingat harga keramik impor tersebut jauh lebih murah di bandingkan produksi lokal.[2] Asaki menduga bahwa pemerintah China memberikan subsidi kepada produsen keramik karena kelebihan produksi.
“Asaki mendesak Komite Antidumping Indonesia (KADI) di bawah Kementerian Perdagangan untuk segera mengeluarkan hasil akhir penyidikan antidumping terhadap produk keramik Tiongkok pada bulan Juni ini,” ujar Edy.[4]
“Selain itu, para importir juga menerapkan predatory pricing, dengan sengaja menjual produk impor jauh di bawah biaya produksi keramik nasional,” tambahnya.
“Baca: Budi Arie Setiadi Tegaskan Instansi Pemerintah Wajib Backup Data Rutin” [3]
Edy menekankan bahwa banjirnya keramik China sangat merugikan industri lokal. Tingkat utilisasi produksi nasional menurun drastis, dan neraca perdagangan keramik pada Januari-Mei 2024 menjadi defisit sebesar USD 1,3 miliar.[2]
“Defisit ini seharusnya tidak perlu terjadi karena semua kebutuhan keramik nasional, baik dari segi volume maupun jenis keramik, sebenarnya bisa di penuhi oleh industri keramik lokal,” ungkap Edy.[1]
Dengan desakan ini, Asosiasi Aneka Industri Keramik berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk melindungi industri keramik dalam negeri dari praktik tidak sehat. Serta memastikan keberlangsungan industri nasional di tengah persaingan global yang semakin ketat.
“Simak juga: Proyek Pembangunan di Jalan Sampali Medan Amblas” [5]
[1] https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240628124325-92-1115262/keramik-china-banjiri-ri-pengusaha-curiga-ada-praktik-dumping
[2] https://finance.detik.com/industri/d-7412160/terkuak-biang-kerok-keramik-impor-china-banjiri-ri
[3] https://infoterpenting.com/berita/budi-arie-setiadi-tegaskan-instansi-pemerintah-wajib-backup-data-secara-rutin/
[4] https://www.cnbcindonesia.com/news/20240530153427-4-542498/keramik-china-hajar-pasar-ri-pengusaha-teriak-minta-senjata-ini
[5] https://kisahsantai.com/informasi/proyek-pembangunan-di-jalan-sampali-medan-amblas-bobby-nasution-tegaskan-tidak-ada-ganti-rugi/