Kasihterbaru.online – ‘Angin duduk,’ atau dalam istilah medis disebut angina pectoris, adalah kondisi di mana jantung tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Kondisi ini terjadi karena adanya penyempitan atau penyumbatan pada arteri koroner yang mengakibatkan aliran darah ke otot jantung terganggu. Angina pectoris sering tersalahartikan sebagai gangguan pencernaan biasa atau masuk angin. Namun, ‘angin duduk’ merupakan tanda awal dari penyakit jantung koroner yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya ‘angin duduk.’ Salah satunya adalah aterosklerosis, yaitu kondisi di mana arteri menjadi keras dan sempit akibat penumpukan plak di dinding arteri. Plak ini terdiri dari kolesterol, lemak, dan zat-zat lain yang dapat menyebabkan penyumbatan arteri. Selain itu, tekanan darah tinggi juga berperan dalam meningkatkan risiko angina pectoris. Tekanan darah tinggi membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya kerusakan pada dinding arteri. Diabetes, yang menyebabkan kadar gula darah tinggi dan juga dapat merusak pembuluh darah dan mempercepat terjadinya aterosklerosis.
“Baca Juga : Pentingnya Menjaga Kelembapan Kulit dan Tips Menggunakan Moisturizer “
Gejala utama dari ‘angin duduk’ adalah nyeri dada yang sering tergambarkan sebagai perasaan terbakar, atau sesak di dada. Nyeri ini dapat menjalar ke lengan, leher, rahang, atau punggung. Selain itu, penderita angina pectoris mungkin juga merasakan mual, sesak napas, atau pusing. Gejala ini biasanya muncul saat seseorang melakukan aktivitas fisik yang berat, mengalami stres emosional, atau setelah makan dalam porsi besar. Nyeri angina pectoris biasanya berlangsung selama beberapa menit dan akan mereda setelah penderita beristirahat atau mengonsumsi obat nitrogliserin.
Meskipun ‘angin duduk’ bisa terjadi pada siapa saja, ada beberapa kelompok yang lebih rentan terhadap kondisi ini. Orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga berada pada risiko yang lebih tinggi. Genetik memainkan peran penting dalam menentukan seberapa besar kemungkinan seseorang mengalami angina pectoris atau penyakit jantung koroner lainnya. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat juga menjadi faktor risiko utama. Orang yang merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, dan memiliki pola makan yang tinggi lemak dan kolesterol cenderung lebih rentan terhadap ‘angin duduk.’ Kurangnya aktivitas fisik juga memperburuk kondisi ini, karena olahraga teratur membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Penderita diabetes juga harus waspada terhadap risiko ‘angin duduk.’ Diabetes menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf yang dapat memperburuk gejala angina pectoris. Begitu pula dengan mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, karena kondisi ini dapat mempercepat terjadinya kerusakan pada dinding arteri dan memicu penyumbatan.
“Simak juga: Diabetes Anak: Mengenali Risiko Diabetes Melitus di Usia Muda “
Untuk mencegah ‘angin duduk,’ penting untuk menerapkan gaya hidup sehat. Menghentikan kebiasaan merokok adalah langkah pertama yang harus kalian ambil. Merokok dapat merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko aterosklerosis. Selain itu, menjaga pola makan yang sehat dengan mengurangi asupan lemak jenuh, kolesterol, dan garam juga sangat penting. Olahraga teratur juga membantu menjaga kesehatan jantung. Aktivitas fisik seperti berjalan, berenang, atau bersepeda dapat meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan tekanan darah. Namun, bagi mereka yang sudah memiliki risiko tinggi, konsultasi dengan dokter sebelum memulai program olahraga sudah dokter siapkan.
Pengobatan ‘angin duduk’ biasanya melibatkan penggunaan obat-obatan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Nitrogliserin adalah obat yang berguna untuk meredakan nyeri dada akibat angina pectoris. Selain itu, dokter mungkin meresepkan obat pengencer darah, statin untuk menurunkan kolesterol, dan obat penurun tekanan darah. Angioplasti melibatkan penggunaan balon kecil untuk membuka arteri yang tersumbat, sementara operasi bypass melibatkan pencangkokan pembuluh darah baru untuk mengalirkan darah melewati area yang tersumbat.
‘Angin duduk’ adalah kondisi serius yang tidak boleh diabaikan. Mengenali gejala awal dan memahami faktor risiko dapat membantu mencegah komplikasi yang lebih fatal. Dengan menerapkan gaya hidup sehat dan mengikuti anjuran medis, risiko angina pectoris dapat terkurangi secara signifikan. Bagi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti riwayat keluarga, diabetes, atau tekanan darah tinggi, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.